Masih berpikir
muter muter, cari makna kata Care Full. Di search di Google Translate https://translate.google.com
Inggris - Indonesia yang muncul terjemahannya adalah : “ Perawatan Penuh”. Di
search di m’bah Google https://www.google.com/ malah ini pikiran tambah muter muter kagak ngerti akhirnya saya mutusin untuk
cari makna dari pikiran kita sendiri, apa salahnya bukan?
Kepo http://gaje-kepo.blogspot.com/2015/02/kepo-sekali-dirimu.html
yang katanya diambil dari kata Bahasa Inggris http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris
dari singkatan “Care Full”yang katanya bermakna “Peduli Banget”, justru
menimbulkan pertanyaan besar dalam pikiran saya. Apa salahnya dan memang siapa
yang menyalahkan kalau kepo itu sendiri akhirnya berbentuk kata “sindiran”.
Siapa sih yang mau disindir? Apakah sindiran itu nantinya menimbulkan dampak
negatif atau positif? Kata Kepo sendiri didalam bahasa gaul sehari hari telah
digiring pada kata sindiran yang mempunyai penilaian bahwa orang yang Kepo
adalah perilaku negatif.
“Kepo lu !”,
menjadi dilema atau langsung menghancurkan niatan seseorang bila tadinya dia
itu memang tulus dan ikhlas, masih mendingan menjadi dilema mungkin nantinya
dia masih mampu berpikir, menjadi tidak
nyaman bila kata kata kepo disamaratakan terhadap semua orang yang selalu
bertanya dalam artian dia memang orang yang selalu peduli terhadap orang lain.
Lalu bab atau aturan apa yang dapat menyalahkan atau mengharamkan “Rasa Peduli”
seseorang? Kecuali bahasa gaul Kepo ini yang telah menggiring jaman pada Jaman
“Prasangka Kepo”.
Peduli http://id.wikipedia.org/wiki/Peduli
mempunyai arti “suatu tindakan yang didasari pada keprihatinan terhadap masalah
orang lain, seberapa sering kita mengalami masalah dalam hidup ini? Adakah
orang yang selama hidupnya tidak mempunyai masalah? Dan jaman bahasa kepo telah
memudarkan rasa peduli dan menumbuhkembangkan Egoisme http://id.wikipedia.org/wiki/Egoisme
, apa lantas manusia diciptakan untuk hidup sendiri dengan kehidupan dan
perasaanya? Narsisme http://id.wikipedia.org/wiki/Narsisisme
? , apakah kita memang memaklumi atau
memang menyadari tapi tidak benar benar menyadari kalau kita telah memasuki era
“Prasangka Kepo”.
Narsis dan
Kepo, muncul hampir bersamaan diucapkan dan berkembang yang tetap bersumber
pada perilaku anak anak muda, dengan
indahnya mereka dan dengan bangga mengucapkannya berulang kali. Media sosial http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial merupakan salah satu sumber penyebaran “Prasangka Kepo” dan Narsisme, yang mau
tidak mau dampaknya adalah pengikisan “Peduli” dan pengembangan “Egoisme”. Media sosial di Indonesia telah bertumbuh
kembang secara hebat, bangsa ini telah menjadi pangsa pasar media sosial yang
masuk dalam jajaran Top Dunia http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-orang-indonesia-pengguna-terbesar-dunia.html
, dalam berita ini yang berasal dari sumber Global Web Index Survei http://www.globalwebindex.net kita
adalah bangsa peng”gila” media sosial.
Dan apakah reaksi kita terhadap bahasa dalam kata “gila” ini? Kita tetap acungi
jempol? Kita tetap “Like”?
“Gila”dan “Penggila” memang mempunyai arti kata yang
cukup berbeda, definisi “Gila” http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_disorder
bisa disamakan arti “Orang Gila” sedangkan “Penggila” adalah salah satu
definisinya yang tetap berhubungan
dengan sifat mental manusia yang bermakna kesukaan pada suatu hal yang sangat
berlebihan.
Terlalu dalam
kita menggali suatu rantai permasalahan kelihatannya sangat membingungkan, bisa
kita garis bawahi kata kata kepo bisa mematikan rasa kepedulian kita pada orang
lain, pembelajaran dari tumbuh kembangnya media sosial disamping mempercepat dampak
positif kemajuan juga berdampak negatif
yang mengikis hubungan sosial real di masyakat yang ujung ujungnya adalah Anti
Sosial.
Arti kata kepo
yang berkembang sekarang ini yang bernada negatif memunculkan pertanyaan iseng,
apakah kamu akan katakan bila kamu terjatuh lantas ada yang bertanya “Anda
terluka? Dimana yang sakit? Dimana rumah kamu? Nanti saya antar pulang? Apakah
perlu kedokter?”. Apakah anda akan bilang : “Kepo lu !?”
Mungkin anda
akan bilang lagi : “ itu situasi kecelakaan, itu berbeda”. Lantas mungkin ada
pertanyaan pembalik, “ seberapa banyakkah orang peduli ketika kita mengalami
kecelakaan?”. Apakah lingkungan kamu masih dalam masyarakat yang sangat tinggi
rasa kepeduliannya? Bila ya, anda benar, bila tidak, anda salah.
Ya, seberapa
banyak orang yang peduli saat ini? Tidak banyak, apakah kita pantas untuk
mematikan sifatnya itu?
Just Keep Kepo
! Ok, tetaplah kepo bila kamu itu memang
peduli tanpa basa basi, tetaplah kepo bila kepo kamu itu menolong orang lain
setidaknya ada solusi, tetaplah selalu kepo sebelum didunia ini tinggal kamu
yang termasuk mahluk langka. Tetaplah kepo bila kamu merasa dunia maya itu
berbeda dengan dunia nyata....teruskan kepo kamu itu sebelum orang lain meminta
dikepoin. Lanjutkan kepo kamu bila itu melegakan hati tanpa
menyesakkan orang yang kamu kepoin. Kepo,
more kepo !
0 comments: